Semenjak kenaikan Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat, beberapa netizen yang saya temukan di beberapa sosial media meramalkan keadaan pemerintahannya akan seperti Big Brother dalam novel George Orwell berjudul 1984. Tidak hanya itu, totalitarianisme diprediksi pula akan mewarnai tiap-tiap kebijakannya seperti Napoleon memerintah Manor Farm dalam Animal Farm.. Kedua novel ini sering disebutkan ketika membahas kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat. Apakah benar demikian? Apa saja yang terjadi dalam novel Animal Farm dan 1984 sehingga banyak yang meramalkan demikian?
![]() |
George Orwell Portrait. 2017. Watercolor on paper. by Amalia Nur Fitri |
Novel Animal Farm berkisah tentang sekelompok binatang ternak yang melakukan revolusi terhadap pemilik mereka, yakni Mr.Jones. Setelah berhasil mengusir manusia dan mendirikan pemerintahan sendiri, para babi yang dapat membaca dan menulis ini membuat pula 7 pedoman yang harus dipatuhi, yakni:
2. Whatever goes upon four legs, or has wings, is a friend
3. No animal shall wear clothes
4. No animal shall sleep in a bed
5. No animal shall kill any other animal
6. No animal shall drink alcohol
7. All animals are equal
![]() |
The Scheme. 2017. Watercolor on Paper. by Amalia Nur Fitri |
Awalnya pemerintahan baru ini memang sangat 'menyenangkan'. Semua hidup sejahtera dengan bahan makanan cukup. Konflik mulai terjadi ketika Napoleon dan Snowball, dua babi terpintar, berebut suara terbanyak dari para binatang untuk meningkatkan produksi makanan. Napoleon menyingkirkan Snowball, sehingga ia berhasil naik menjadi pemimpin. Sejak kepemimpinan Napoleon inilah, 7 pedoman Animalisme (konsep kesetaraan dunia binatang) dilanggar satu persatu. Pada akhirnya, Napoleon dan babi lain bertingkah tak ada beda dengan para manusia yang berjalan dengan dua kakinya. Mereka berakhir menjadi apa yang mereka awalnya lawan dan benci.
Novel 1984, bercerita tentang Winston Smith, seorang pekerja sekaligus anggota eksternal Partai. Ia menanyakan kembali eksistensi dirinya dan fakta-fakta Partai melalui buku hariannya. Mengkritik dan menanyakan bagamana Partai memberlakukan kebijakan, apa yang terjadi dengan para orang 'hilang', apa yang sesungguhnya terjadi. Winston bekerja di Departemen Kebenaran yang tugasnya menghilangkan detail-detail sejarah, proses yang sudah berjalan bertahun-tahun ini membuat Winston meragukan fakta-fakta yang diangkat Partai, mulai dari kemenangan perang Oceania (negara ciptaan Orwell) hingga kebencian terhadap Goldsmith, mantan pendiri Oceania yang berkhianat. Tak mudah baginya hanya untuk menulis dan berpikir demikian, dalam 24 jam, hidupnya (dan juga hidup warga lain), sudah diatur dan diawasi secara penuh melalui layar televisi raksasa di dalam rumah. Layar tersebut menyiarkan beragam tayangan Partai dan mengumandangkan propaganda:
War is Peace Freedom is SlaveryIgnorance is Strength
Winston bertemu dengan Julia, teman satu tempat kerja namun berbeda divisi, yang memberinya (secara sembunyi) kertas bertuliskan 'I Love You'. Julia juga memberontak dalam pikiran seperti halnyaWinston, namun ia bermain aman dengan banyak berakting dan mengosongkan pikiran. Hubungan romantik oleh Partai dipandang sangat menjijikan, apalagi hanya untuk mencapai kenikmatan. Julia dan Winston harus kucing-kucingan dengan pemerintah hanya untuk bercinta. Apa yang mereka lakukan bukanlah karena semata cinta, namun juga aksi politik membelot Negara.
Selanjutnya, Julia dan Winston terjebak pada O'Brien, kawan mereka di departemen juga, yang menawarkan melakukan revolusi dan mengabdi kepada Goldstein. Namun, O'Brien ternyata seorang Thought Police yang sudah mengincar Winston sejak satu dekade lalu. Tanpa ampun, Winston dibawa dan 'disiksa' sembari dicuci habis-habisan otaknya. Ia tak tahu berapa lama dikurung dan disiksa serta diredukasi oleh O'Brien dan Partai. Di akhir novel, Winston dibebaskan (ternyata 6 tahun sudah ia dicuci otak) dan bertemu lagi dengan Julia. Tidak ada yang sama lagi diantara mereka, salah satunya adalah bagaimana Winston merasa memiliki kemenangan telah melewati rintangan terberat dalam hidup dan ia mencintai Big Brother.
Kekuatan Propaganda Melalui Bahasa
Orwell menulis kedua karya ini memang dengan tujuan mengkritik sekaligus memperlihatkan bagaimana pemerntahan totalitarianisme ala Stalin berlangsung. Lebih dari itu, Orwell sangat memahami bagaimana bahasa merupakan aparatus penting untuk mempertahankan kekuasaan absolut. Dalam Animal Farm, propaganda melalui bahasa disampaikan melalui juru bicara Napoleon, Squealer, "All animals are equal, but some animals are more equal than others." serta "para babi sebagai penguasa lebih membutuhkan apel dan susu ketimbang binatang lain" Sedangkan dalam novel 1984, Big Brother menyatakannya dengan "War is Peace, Freedom is Slavery, Ignorance is Strength". Propaganda tersebut memberikan sebuah fakta alternatif, bahkan memelintir kebenaran untuk membuat 'kebenaran' versi penguasa demi melanggengkan, memistifikasi, dan mengoperasikan kekuasaan absolutnya.
Dalam novel 1984, Winston berusaha mempertahankan pikiran warasnya yakni mengulang, "2+2=4". O'Brien tidak hanya mengulang-ngulang propaganda Big Brother, tetapi juga menanamkan ketakutan dan kekhawatiran teramat sangat kepada Winston. Kepercayaan "2+2=4" harus diganti dengan fakta alternatif "2+2=5" versi Partai, dengan menenggelamkan Wisnton bersama tikus-tikus, hal sangat ditakuti Winston dalam hidup. Dalam keadaan tidak berdaya, O'Brien senantiasa mengucapkan "2+2=5" kepada Wisnton. Orwell betul-betul memahami bahwa ketakutan dan kekuatan bahasa dapat merasuk ke dalam neuropsikologi dan neurobiologi manusia, sehingga mengubah emosi, pola pikir, serta perilaku seseorang.
Jika melihat novel Animal Farm dan 1984 sebagai kritik atau alegori satir atas totalitarianisme Stalin dan fasisme, tentu saja tidak cukup. Kita bisa lihat babi-babi Animal Farm dalam bentuk penguasa atau pemilik modal saat ini memakai nama nasionalisme, pembangunan, tanggung jawab dan lain-lain, hanya untuk membungkam kritisisme sehingga yang bisa kita lakukan hanya 'kerja,kerja,kerja.' Lalu melihat bagaimana Donald Trump menghadirkan fakta alternatif untuk menutupi sebuah kebenaran, salah satu contohnya adalah kabar pelantikannya yang dihadiri jutaan orang hingga tempat tumpah ruah, sedangkan yang terjadi sebenarnya berkebalikan. Bahasa merupakan salah satu perangkat revolusioner kita, yang harus kembali direbut.
![]() |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqS7zY10fmEoOS9q_RJFAxYeFQTEAFD14XxJv66XdvN2V_xoDydZ3Ba29UgupMhGAJwtIrWoIj5KlAZr28Q3G2dXM5E6h9crYotx5BP4MjH7va49xHHbBOLVXki3AH4xKWpOu9EILS9Bo/s1600/download.jpg)