"The current generation now sees everything clearly, it marvels at the errors, it laughs at the folly of its ancestors, not seeing that this chronicle is all over scored by divine fire, that every letter of it cries out, that from everywhere the piercing finger is pointed at it, at this current generation; but the current generation laughs and presumptuously begins a series of new errors, at which their descendants will also laugh afterwards."
Novel ini merupakan salah satu maha karya dari Nikolai Gogol, penulis Rusia yang hidup pada masa keemasan literatur Rusia tahun 1800-an. Pada karya yang berjudul dead souls atau jiwa-jiwa mati, Gogol membawa cerita tentang keadaan petani-petani Rusia pada masa kekaisaran melalui perjalanan sang tokoh utama bernama Pavel Ivanovich Chicikov. Chicikov merupakan anggota Dewa Kolegial sekaligus tuan tanah di sebuah kota di Rusia. Ia melakukan perjalanan panjang menggunakan kereta kuda bersama dengan kusir setianya bernama Selifan melintasi kota-kota kecil di daerah terpencil Rusia. Perjalanan yang dilakukannya bertujuan untuk mencari pemilik tanah atau pejabat kota setempat, untuk 'membeli' pelayan yang sudah meninggal. Hal tersebut dilakukan Chicikov agar ia mendapat status kaya karena memiliki banyak pelayan lewat bukti dokumen-dokumen pembelian pelayan.
Pada tahun 1861, sebelum masa reformasi di Rusia, pelayan-pelayan atau para petani yang tidak memiliki tanahnya sendiri (petani penggarap) dapat dipejualbelikan dan digadaikan oleh tuannya. Seorang tuan tanah juga wajib membayar pajak pelayan-pelayannya. Ketika sensus kepemilikan pelayan tidak benar-benar dijalankan secara efisien dan konsisten oleh pemerintah, pelayan yang sudah meninggal terkadang masih tercatat hidup sehingga pemilik tanah masih harus menanggung pajak mereka. Protes yang hadir karena ketidaktelitian pejabat pemerintah tersebut, hanya akan membawa para tuan tanah terbelit birokrasi Rusia yang bertele-tele, yang memakan biaya lebih banyak, sehingga mereka memilih untuk mendiamkan masalah. Hal ini dimanfaatkan oleh Chicikov sebagai dalih untuk meringkankan beban pajak yang ditanggung oleh sesama tuan tanah untuk menjual pelayan-pelayannya yang telah meninggal kepadanya. Satu pelayan atau petani, dihargai dengan satuan jiwa.
Perjalanan Chicikov telah membuatnya banyak bertemu dengan beragam tuan tanah dari beragam jenis kekayaan dan karakter yang dimilikinya. Dari mulai janda kaya yang neurotik, hingga pemuda naif yang hopelessly romantic, mendambakan cinta sejati dari anak gadis jendral di kotanya. Selalu ada masalah pribadi dimana Chicikov turut ikut campur untuk menyelesaikan masalah agar negosiasi jual beli lancar dan ia mendapatkan kepercayaan penuh dari targetnya. Konflik mulai terbentuk dalam hidup Chicikov ketika perbuatan ilegalnya tercium oleh kepolisian Rusia. Ia menjadi target buron sehingga tak pernah lama menetap di suatu daerah. Hingga akhirnya, ia ditangkap dan berhadapan dengan sang pangeran. Sangat mengejutkan untuk segala pihak, baik pembaca ataupun Chicikov sendiri, karena ia dibebaskan walaupun sudah terbukti melakukan korupsi dan penipuan.
Menarik sekali jika melihat bagaimana cara Gogol menggambarkan sosok Chicikov sebagai pemeran utama yang sangat serakah dan egois ini! Karena kita akan mengikuti setiap pemikirannya yang cerdik dan licik, namun tingkah lakunya jenaka dan penuh dengan sopan santun layaknya kerabat raja. Kita akan melihat bentuk paradoks yang awalnya dapat dibedakan semudah melihat warna hitam dan putih. Namun, ketika menghabiskan waktu bersama Chicikov, kita akan tersadar bahwa orang-orang serakah terbungkus dalam berbagai ragam kulit dan kosmetik; yang terpancar dari tutur kata, bahasa tubuh, serta status yang digenggamnya, dapat dengan mudah membuat kita terlena melupakan kejahatan yang dilakukannya hanya karena tawa, iba, atau rasa simpatik yang berhasil dihadirkannya lewat pemaparan romantis tentang pengalaman hidup. Kita jelas tahu apa yang dilakukan oleh Chicikov adalah perbuatan yang tidak dapat dibenarkan secara moral dan hukum, namun karena tarikan emosional yang dihadirkan, akhirnya melemahkan penilaian logis kita terhadap sang tokoh utama. Sekali lagi, Nikolai Gogol sangatlah jenius.
Karya Nikolai Gogol hampir selalu diwarnai dengan humor satir. Pada karyanya ini, Nikolai seakan menyindir bagaimana aparatur pemerintahan Kerajaan Rusia bekerja, dan bagaimana kondisi kesejahteraan masyarakat miskin pada masa itu. Para petani penggarap dan pelayan yang masuk dalam kategori masyarakat miskin hidup jauh dari kata cukup untuk hidup layak. Penggambaran itu terdapat dalam candaan yang kerap dilontarkan ketika menjelaskan keadaan petani dan pelayannya yang meninggal karena sakit, usia yang tua, dan cuaca ekstrim. Pembelian 'jiwa-jiwa' yang sudah mati itu tertera atas rentetan nama-nama belaka, seperti Peter Savelyev si Kurang Ajar atau Ivan si Roda.
Karya-karya Nikolai Gogol sangat cocok untuk dijadikan alternatif bacaan, bagi yang ingin menikmati nuansa humor dari situasi yang memilukan. Kamu mungkin saja tertawa kecil, lalu detik berikutnya akan merasa bersalah, lalu tertawa lebih keras lagi setelahnya. Sureal.