Daerah Salju ini diterjemahkan langsung dari bahasa Jepang yakni Yukiguni karya Yasunari Kawabata.
![]() |
diunduh dari www.bukalapak.com |
Berbeda ketika membaca karya Akutagawa berjudul Kappa (yang saya rasakan diam-diam bergejolak lincah), dalam Yukiguni alur terasa sangat lambat, sangat detail, dan intim. Membaca Yukiguni tidak jauh berbeda dengan menikmati lukisan. Mungkin di sini berkorelasi dengan kecintaan Kawabata dengan lukisan serta cita-citanya yang ingin jadi pelukis. Emosi diimpresikan melalui penggambaran alam, serta isinya yang bergerak.
Mulai dari kedatangan Shimamura dengan kereta, hingga menyaksikan Yoko sekarat di hadapannya (spoiler alert!), digambarkan lewat langit dan gunung yang sunyi. Saya suka dengan gaya penulisan Kawabata. Seringnya ia menggunakan keadaan alam untuk menggambarkan kondisi jiwa para tokoh-tokohnya, membuat segala hal terasa baik-baik saja dan terasa tenang. Padahal, di dalam jiwa Shimamura, Yoko, dan Komako, memiliki merapi yang siap meletus. Keadaan yang sangat jauh dari kata tenang sebetulnya. Usai membaca Yukiguni seperti berpisah dengan teman yang sudah kita betul kebiasannya.
Secara garis besar, Daerah Salju adalah kisah cinta antara Komako dan Shimamura. Shimamura adalah pemuda kaya asal Tokyo yang sedang berlibur ke daerah salju (daerahnya antara Perbatasan Gunma, kota Yuzawa). Dalam perjalanan menggunakan kereta, ia bertemu dengan Yoko yang kala itu sedang bersama pacarnya yang sakit parah, dan juga Komako yang cantik. Yoko dan Komako adalah geisha di daerah tersebut.
Shimamura jatuh cinta pada Komako, sehingga ia sering datang dari Tokyo meninggalkan anak dan istrinya. Komako sendiri adalah geisha mudah berumur 19 tahun yang ceriwis. Berbicara dengan Komako seperti membaca buku tentang tarian dari Eropa Barat yang asing tapi indah. Jika tidak bertemu dengan Komako, Shimamura tidak akan tahu kalau ada tarian bernama waltz atau musik mazurka. Kurang lebih seperti itu (sotoy).
Ada satu line yang saya suka dari cerita ini, bunyinya seperti di bawah ini:
"Ketika mengadah Bima Sakti itu terasa mau turun lagi hendak memeluk bumi yang besar ini. Terasa bahwa Bima Sakti yang seperti aurora besar mengalir dengan merendamkan tubuh Shimamura di dalamnya dan tegak di tepi bumi. Ada kesunyisenyapan yang dingin tetapi juga menakjubkan dengan suasana mengairahkan."- Daerah Salju hal. 137
Line ini ada ketika rumah Yoko terbakar. Shimamura bersama Komako datang berusaha menyelamatkan, namun mereka berdua dilanda kepanikan teramat sangat hingga tidak dapat berpikir jernih, yang ada hanya ketakutan. Di antara ketakutan yang melanda, Shimamura ternyata lebih takut jika ditinggalkan atau meninggalkan Komako. Bima Sakti itu adalah keberadaan Komako.
Karena kesan yang ditinggalkan sangat kuat, saya sampai memasukan 'yukiguni', 'snow country', 'kawabata' di mesin pencari Google. Akhirnya menemukan musik di Youtube yang terinspirasi dari Yukiguni oleh Malcolm Fisher dan Clara Galante di bawah ini.
Diam mematikan, sepi menghanyutkan, lalu meledak-ledak hilang. Pantas saja Yasunari Kawabata diganjar penghargaan Nobel di bidang literatur atas karyanya satu ini.
Mulai dari kedatangan Shimamura dengan kereta, hingga menyaksikan Yoko sekarat di hadapannya (spoiler alert!), digambarkan lewat langit dan gunung yang sunyi. Saya suka dengan gaya penulisan Kawabata. Seringnya ia menggunakan keadaan alam untuk menggambarkan kondisi jiwa para tokoh-tokohnya, membuat segala hal terasa baik-baik saja dan terasa tenang. Padahal, di dalam jiwa Shimamura, Yoko, dan Komako, memiliki merapi yang siap meletus. Keadaan yang sangat jauh dari kata tenang sebetulnya. Usai membaca Yukiguni seperti berpisah dengan teman yang sudah kita betul kebiasannya.
Secara garis besar, Daerah Salju adalah kisah cinta antara Komako dan Shimamura. Shimamura adalah pemuda kaya asal Tokyo yang sedang berlibur ke daerah salju (daerahnya antara Perbatasan Gunma, kota Yuzawa). Dalam perjalanan menggunakan kereta, ia bertemu dengan Yoko yang kala itu sedang bersama pacarnya yang sakit parah, dan juga Komako yang cantik. Yoko dan Komako adalah geisha di daerah tersebut.
Shimamura jatuh cinta pada Komako, sehingga ia sering datang dari Tokyo meninggalkan anak dan istrinya. Komako sendiri adalah geisha mudah berumur 19 tahun yang ceriwis. Berbicara dengan Komako seperti membaca buku tentang tarian dari Eropa Barat yang asing tapi indah. Jika tidak bertemu dengan Komako, Shimamura tidak akan tahu kalau ada tarian bernama waltz atau musik mazurka. Kurang lebih seperti itu (sotoy).
![]() |
diunduh dari www.goodreads.com |
Ada satu line yang saya suka dari cerita ini, bunyinya seperti di bawah ini:
"Ketika mengadah Bima Sakti itu terasa mau turun lagi hendak memeluk bumi yang besar ini. Terasa bahwa Bima Sakti yang seperti aurora besar mengalir dengan merendamkan tubuh Shimamura di dalamnya dan tegak di tepi bumi. Ada kesunyisenyapan yang dingin tetapi juga menakjubkan dengan suasana mengairahkan."- Daerah Salju hal. 137
Line ini ada ketika rumah Yoko terbakar. Shimamura bersama Komako datang berusaha menyelamatkan, namun mereka berdua dilanda kepanikan teramat sangat hingga tidak dapat berpikir jernih, yang ada hanya ketakutan. Di antara ketakutan yang melanda, Shimamura ternyata lebih takut jika ditinggalkan atau meninggalkan Komako. Bima Sakti itu adalah keberadaan Komako.
Karena kesan yang ditinggalkan sangat kuat, saya sampai memasukan 'yukiguni', 'snow country', 'kawabata' di mesin pencari Google. Akhirnya menemukan musik di Youtube yang terinspirasi dari Yukiguni oleh Malcolm Fisher dan Clara Galante di bawah ini.
Diam mematikan, sepi menghanyutkan, lalu meledak-ledak hilang. Pantas saja Yasunari Kawabata diganjar penghargaan Nobel di bidang literatur atas karyanya satu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar